Nama : VIVIAN
Npm : 11208268
Kelas : 3EA10
Mata kuliah : Softskill Bahasa Indonesia 2
Tugas Bahasa Indonesia 2
Pengertian Resensi
Kata "Resensi" berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata kerja "revidere" atau "recensere" yang memilik arti melihat kembali, menimbang atau menilai. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah review, sedangkan dalam bahasa Belanda dikenal dengan istilah recensie.
Jadi pengertian resensi adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah hasil karya atau buku. Dengan demikian, resensi dapat juga dikatakan sebagai suatu komentar atau ulasan seorang penulis atas sebuah hasil karya, baik buku, film, karya seni, maupun produk yang lain. Bahasa yang digunakan dalam meresensi hendaklah bahasa yang denotatif karena ingin menyajikan fakta secara ilmiah dan objektif.
Tujuan Menulis Resensi
Tujuan meresensi buku bermacam-macam, diantaranya :
1. Penulis ingin menjembatani keiginan atau selera penulis kepada pembacanya.
2. Penulis resensi ingin menyampaikan informasi kepada pembacanya, apakah hasil karya yang diresensi layak atau tidak untuk mendapat sambutan dari masyarakat.
3. Memotivasi pembaca untuk membaca buku tersebut secara langsung.
4. Penulis resensi dapat pula mengkritik, mengoreksi, atau memperihatkan kualitas buku, baik kelebihan maupun kekurangannya.
5. Penulis resensi mengharapkan memperoleh honorarium atau imbalan dari media cetak yang memuat resensinya.
Materi yang Diresensi
a. Landasan filosofi penulis karya asli
b. Kekuatan dan kelemahan karya yang diresensi
c. Substansi karya yang diresensi bagian per bagian, bab per ab
d. Fisik karya yang diresensi, termasuk ukuran buku, kertas, huruf yang digunakan, tinta, warna, jilid, gambar dan ilustrasi.
Langkah-langkah Meresensi Sebuah Karya
Langkah dan teknik meresensi suatu karya lazimnya mengikuti tahapan berikut :
1. Mengamati suatu karya
2. Membaca isi suatu karya
3. Membuat ringkasan
4. Memaparkan isi dan mutu suatu karya
Contoh Resensi
Judul : Bocah Penjinak Angin : Perjuangan Membangkitkan Arus Listrik dan Harapan di Tengah Padang Afrika
Penulis : William Kamkwamba dan Bryan Mealer
Penerbit : Literati
Terbit : I April 2011
Tebal : 396 halaman
"Aku mencengkeram buluh dan kabel, menunggu datangnya keajaiban. Akhirnya saat itu tiba, awalnya hanya terlihat sepercik cahaya yang berpijar di tanganku, kemudian muncul sebuah gelombang cahaya yang megah. Orang-orang di bawah terkesiap, anak-anak saling dorong agar dapat melihat lebih jelas.
"Ternyata berhasil!" seseorang berkata, "Ya," kata lain. "Anak itu sudah berhasil melakukannya."
Malawi di tahun 2002 bagaikan mimpi buruk bagi rakyat negara kecil di Tenggara Afrika itu. Banjir yang diikuti oleh kekeringan dan gagal panen menyebabkan kelaparan yang membunuh ribuan orang. Bencana ini juga memaksa William Kamkwamba putus sekolah karena ayahnya, seorang petani jagung dan tembakau, tak mampu membayar uang sekolah.
Di negeri tempat itu ilmu pengetahuan masih merupakan misteri, William bercita-cita membangun kicir angin untuk membangkitkan listrik dan mengalirkan air ke ladang orangtuanya agar keluarga mereka tak kelaparan lagi. Modal bocah 14 tahun ini hanyalah pengetahuan listrik dasar dari buku-buku di perpustakaan lokal serta barang-barang bekas yang ia temukan di sana-sini, mulai dari sepedah tua ayahnya sampai tali jemuran ibunya.
Ketika kicir angin buatannya berfungsi, William tak hanya berhasil membangkitkan listrik- suatu kemewahan yang hanya dapat dinikmati 2 persen rakyat Malawi- ia juga membangkitkan harapan. Berita mengenai magetsi a mphepo - mesin listrik - ini tersebar hingga ke luar Malawi dan William pun mendapati dirinya berkeliling dunia untuk menceritakan kisah ini. Dituturkan dengan lucu dan menyentuh, Bocah Penjinak Angin adalah kisah nyata tentang kegigihan seorang anak manusia yang melihat kesulitan sebagai tantangan, dan bangkit untuk menaklukkannya.
Malawi di tahun 2002 bagaikan mimpi buruk bagi rakyat negara kecil di Tenggara Afrika itu. Banjir yang diikuti oleh kekeringan dan gagal panen menyebabkan kelaparan yang membunuh ribuan orang. Bencana ini juga memaksa William Kamkwamba putus sekolah karena ayahnya, seorang petani jagung dan tembakau, tak mampu membayar uang sekolah.
Di negeri tempat itu ilmu pengetahuan masih merupakan misteri, William bercita-cita membangun kicir angin untuk membangkitkan listrik dan mengalirkan air ke ladang orangtuanya agar keluarga mereka tak kelaparan lagi. Modal bocah 14 tahun ini hanyalah pengetahuan listrik dasar dari buku-buku di perpustakaan lokal serta barang-barang bekas yang ia temukan di sana-sini, mulai dari sepedah tua ayahnya sampai tali jemuran ibunya.
Ketika kicir angin buatannya berfungsi, William tak hanya berhasil membangkitkan listrik- suatu kemewahan yang hanya dapat dinikmati 2 persen rakyat Malawi- ia juga membangkitkan harapan. Berita mengenai magetsi a mphepo - mesin listrik - ini tersebar hingga ke luar Malawi dan William pun mendapati dirinya berkeliling dunia untuk menceritakan kisah ini. Dituturkan dengan lucu dan menyentuh, Bocah Penjinak Angin adalah kisah nyata tentang kegigihan seorang anak manusia yang melihat kesulitan sebagai tantangan, dan bangkit untuk menaklukkannya.
Sumber
Prof. Dr. E. Zaenal Arifin, M.Hum. dan Drs. S. Amran Tasai, M.Hum. “Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi” Edisi Revisi 2009 Penerbit Akademika Pressindo Jakarta 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar